Ilustrasi : Kekerasan terhadap Wartawan (Foto : tangkapan layar JPNN.com
10DETIK.ID — Sungguh tak terbayangkan di zaman modern saat ini. Bukannya sesama profesi semakin erat dan menjaga kesatuan profesi. Melainkan, masih ada oknum yang diduga menghalangi tugas rekannya sendiri bahkan rela mengajak duel.
Muhammad Aini, Ketua Persatuan Wartawan Duta pena Indonesia (PWDPI) DPC Kota Metro Lampung, menceritakan awal mula yang terjadi pada dirinya, pada Jum’at (25/08/2023).
Sekira pukul 08.00 WIB,
“Saya lewat, lalu saya melihat ramai di halaman SMP Negeri 2 Metro Timur. Penasaran ingin tahu informasinya, saya pun mampir untuk menanyakan sekaligus mengonfirmasi Kepala SMP Negeri 2 Metro Timur.
Memang, Saya belum mengetahui acara tersebut acara apa. Saya ingin bertemu dengan kepala sekolah bukan semata-mata ingin mengkonfirmasi acara tersebut saja, jelasnya.
Akan tetapi, saya juga ingin mengkonfirmasi terkait Parkir Siswa/i SMP Negeri 2 Metro Timur yang jumlahnya ratusan, Parkirnya di Rusunawa. Dan, Kenapa anak anak ini tidak boleh parkir di Sekolah nya, itu yang menjadi pertanyaan, diungkapkannya ke Media.
“Padahal, lanjutnya, halaman parkir SMP tersebut cukup luas. Tapi, anak anak parkir kendaraan di Rusunawa,” ujarnya.
“Sekolahnya di mana parkirnya dimana. Nah, inilah yang saya ingin meminta penjelasan Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Metro Timur ini, jelasnya.
Bukan berarti saya menganut. Hendak parkir dimana saja itu hak yang ingin parkir dan Hak aturan Sekolah.
Dahulu, sebelumnyakan Parkir di SMP setempat, Namun, saya penasaran ingin membuat informasi saja, jelasnya.
Dan juga, setelah parkir di Rusunawa ini pun ratusan siswa/i ini dikenakan biaya parkir per siswanya, setiap hari, bebernya.
Namun, kenapa R juga yang mengetahui saya sebagai wartawan, yang seperti kepanasan. Seolah-olah, Sekolah miliknya pribadi. Padahal saya ini mau meliput kegiatan baik disekolah ini, bukan mau cari cari, sesalnya.
Kronologis : Pertama saya datang, lalu saya Parkir motor di halaman depan SMP Negeri 2 Metro Timur, lalu saya berjalan menuju ruang Kepala SMP Negeri 2. Dan kagetnya saya, sekira 10 sampai 20 meter saya berjalan, saya dihentikan oleh inisial R.
Dengan laga gaya-gayanya dia mengucapkan kepada saya, tolong ini sekolah kita. Lalu saya jawab, saya ingin meliput kegiatan apa ini dan ingin mengkonfirmasi kepala sekolah.
Suasana semakin menegangkan, lalu dia berkata lagi, sudah di sana aja, nanti kita bareng-barengan. Memangnya kamu tidak tahu apa agendanya, katanya R dengan tegas.
Lalu saya menjawab, saya tidak tahu agenda makanya saya mau nanya. Lalu dia menjawab, makanya jadi wartawan yang benar, ucapnya R kepada ketua PWDPI Metro.
Sontak, saya Langsung menyampaikan ucapan dia. Suasana menjadi semakin panas. Dan, R pun ngajak duel saya, terang Aini.
Ayo kesana yok, jangan disini ucapnya sambil narik saya dengan cara mempiting saya sampai ke pinggir jalan raya dihadapan semua orang yang saat itu sedang menunggu tamu undangan, tanpa seorang pun melerai.
Sesampai di pinggir jalan, sudah keluar gerbang pintu gerbang SMP Negeri 2 Metro, dia lepaskan saya.
Dengan ucapan dan perlakuan kasarnya kepada saya yang mengatakan “makanya jadi wartawan yang benar,” saya ingin membuktikan ke dia dengan mengundang dia dihadapan masyarakat, untuk membuat 2 buah saja karya jurnalistik berita/artikel dalam waktu singkat.
Nanti, biar masyarakat tahu mana yang benar wartawan mana yang bukan, dan Wartawan seperti apa? pungkasnya.
Berita ini membutuhkan informasi lebih lanjut, untuk menyeimbangkan suatu informasi. (*)