LAMPUNG – Sepuluhdetik.Id-
Kalau kita analogikan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 lalu ibarat peperangan, maka wajar euforia sedang dirasakan oleh pihak-pihak yang menenangkan peperangan itu.
Ada pihak yang merasa ‘jika bukan karena peran dirinya’, maka tak akan bisa dimenangkan peperangan tersebut, dan analogi itu pun tampaknya sedang digaungkan beberapa pihak atas keberhasilan Prabowo – Gibran meraih suara tertinggi di Provinsi Lampung, dan menjadi bagian dari suksesor keduanya menjadi presiden dan wakil presiden terpilih.
Keberhasilan saat memenangkan sebuah peperangan jelas tidak bisa karena klaim ‘ kalau bukan karena saya’ semata. Seperti halnya Majapahit yang hampir menaklukkan sebagian dunia di massanya.
Tak sekalipun keberhasilan itu disematkan kepada Hayam Wuruk saja sebagai rajanya, namun juga ada peran Pati Gajah Mada, yang dianggap mampu mengejawantahkan titah sang raja menjadi sebuah tindakan.
Maka dari itu, harus batal klaim kemenangan Prabowo – Gibran di Lampung hanya karena peran satu orang ketua partai politik, serta ayahnya yang dikenal sebagai kontraktor dan pengusaha di provinsi ini.
Pilpres bukan Kurusetra yang menjadi tempat bertempur antara pihak tertentu dengan pihak lainnya. Pilpres merupakan Colloseum, arena di mana peran gagasan koalisi dimainkan menuju kejayaan bersama.
Pilpres lalu bukan semata kemenangan Partai Gerindra sebagai kendaraan Prabowo Subianto, namun juga harus dimaknai sebagai kemenangan bersama oleh seluruh partai pendukung dan pengusung.
Tak terbantahkan memang, Prabowo-Gibran unggul di hampir semua provinsi di Indonesia. Semua sepakat, kekuatan koalisi di dalamnya berperan penting sebagai suksesor keduanya.
Di Lampung misalnya, jauh sebelum hasil Pilpres dan pemilihan legislatif (Pileg) diketahui hasilnya, semua pihak yang tergabung dalam koalisi tentu konsern terhadap analogi “Lampung Kandang Banteng”.
Partai merah saat itu merupakan “penguasa” di Lampung, dan hampir mendudukkan sejumlah kadernya sebagai kepala daerah, dari tingkat bupati/walikota hingga gubernur.
Apakah dengan satu partai politik dan satu orang saja mampu memutuskan mata rantai kekuasaan PDIP di Lampung saat itu?
Jadi, apakah layak keberhasilan Prabowo – Gibran diklaim karena peran satu orang ketua partai politik dan ayahnya saja?
Agenda kampanye Pilpres di Lampung bukan hanya saat Prabowo Subianto hadir di Graha Wangsa Bandarlampung saja, melainkan juga, dilakukan dengan menggelar berbagai kegiatan yang melibatkan banyak massa.
Yang paling kentara dan diingat khalayak tentu saja, kegiatan Gebyar Indonesia Maju oleh relawan LPG (Lampung Prabowo Gibran) yang menyedot antusiasme massa yang digelar di 20 titik di 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung di sepanjang masa kampanye lalu.
Yang harus digaris bawahi dari kegiatan Gebyar Indonesia Maju oleh LPG, yakni kegiatan pesta musik rakyat itu murni dihelat dan diinisiasi oleh para relawan yang terlepas dari embel-embel warna partai koalisi Prabowo-Gibran.
Para relawan ini juga lah yang pada akhirnya ‘menyiapkan panggung’ untuk para kader partai koalisi berkampanye, entah untuk mendahulukan calon presidennya atau mungkin untuk kepentingan pribadinya semata, karena Pilpres dan Pileg dihelat bersamaan kala itu.
Dengan kegiatan yang massif dan kontinuitas hingga berbulan-bulan lamanya, apakah pendanaan kegiatan itu murni dari kocek para kader partai koalisi Prabowo-Gibran? Jawabannya tentu saja tidak.
Lalu siapakah katalisator penggerak kegiatan itu, tentu saja ada sosok Alex Suyono Lee, yang dianggap sebagai ‘perantara’ terlibatnya koorporasi besar di Lampung yakni Sugar Group Company (SGC) di balik kegiatan massif kampanye Prabowo-Gibran di provinsi itu.
Alex Suyono Lee saat itu didapuk sebagai bendahara umum LPG relawan Prabowo-Gibran di Lampung. Ia mempunyai andil besar dalam pergerakan internal maupun eksternal koalisi dengan melibatkan banyak orang di Provinsi Lampung.
Sosok tersebut juga merupakan inisiator perhelatan pesta rakyat konser musik dangdut, dengan melibatkan para artis lokal Lampung dan juga nasional di setiap titik acaranya.
Alex Suyono Lee juga merupakan juru taktik handal yang yang mampu meyakinkan koorporasi dan pengusaha di Lampung untuk jor-joran dalam kegiatan Prabowo-Gibran.
Peran Alex Suyono Lee tak bisa dipungkiri untuk koalisi Prabowo-Gibran di Lampung, sosoknya lah juga konon ‘mengikat’ petinggi PAN dan Golkar untuk melanjutkan koalisi Prabowo-Gibran di kontestasi pemilihan gubernur (Pilgub) Lampung tahun ini.
Melalui kegiatan relawan LPG, Alex Suyono Lee seolah mengingatkan publik, bahwa ada sosok lain seperti Hanan A Razak legislator DPR RI dari Partai Golkar dan Irfan Nuranda Djafar dari PAN yang juga aktif dalam setiap momen kampanye Prabowo-Gibran di Lampung.
Sang Bendum relawan LPG seolah mengingatkan publik, analogi Baratayudha yang dimenangkan Pandawa tidak bisa diklaim Yudistira semata, melainkan juga ada sosok-sosok lainnya yang turut mencurahkan tenaga dan pikirannya di barisan yang sama.(Rills,LPG)